30 Januari 2016

Artikel Filsafat Pendidikan: Aliran Konservatif Harus Berjalan Bersamaan dengan Adanya Aliran Progressive!


Istilah filsafat (philosophy) berasal dari dua kata dari bahasa Yunani Kuno, yaitu philein (cinta) dan Sophia (kebijaksanaan). Jadi, secara etimologis filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan. Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of sciences) yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Filsafat adalah untuk mengetahui hakikat sesuatu. Di dalam filsafat terdapat aliran-aliran filsafat pendidikan. Salah satunya yaitu, Aliran Konservatif. Apakah aliran konservatif tetap dipertahankan dalam dunia pendidikan? Ternyata pada kenyataannya tidak selamanya dunia pendidikan itu menerima adanya aliran tersebut. Dengan seiring perkembangan zaman yang modern, teknologi serba canggih, dari anak-anak hingga orang dewasa pun sudah menikmati kecanggihan teknologi tersebut yang berupa handphone, gadget (berisikan education, games, entertain, dan sebagainya).
Aliran Konservatif sendiri dapat diartikan dengan “melestarikan, menjaga, memelihara, mengamalkan”. Samuel Francis mendefinisikan konservatisme yang otentik sebagai bertahannya dan penguatan orang-orang tertentu dan ungkapan-ungkapan kebudayaannya yang dilembagakan. Sebagai seorang pendidik memang tidak dilarang jika tetap ingin mempertahankan nilai-nilai tradisional kepada peserta didiknya, namun bila kita sambung atau saling diketerkaitkan antara aliran konservatif dengan aliran progressive, itu akan adanya kemajuan dalam dunia pendidikan sendiri. Tentu saja peru pengawasan yang kuat dengan penggunaan teknologi yang dilakukan oleh peserta didik. Pendidik harus mampu mengarahkan atau mengajarkan yang baik dan juga positif, sehingga peserta didik akan mampu mengolah kreativitas serta bakat yang dimilikinya.
Apa sih Aliran Progressive itu? Bagi yang belum mengetahui mungkin terasa asing didengar tentang aliran tersebut. Aliran progressive ada di dalam filsafat pendidikan, yang mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri. Maksudnya bila kita kaitkan dengan dunia pendidikan, peserta didik itu sebenarnya mampu untuk menemukan pembelajaran sendiri meskipun guru tidak menjelaskan terlebih dahulu. Karena didukung oleh kecanggihan teknologi yang dihasilkan pada abad modern seperti ini. Tentu saja mengapa di tahun-tahun sebelumnya pemerintah sempat memberlakukan kurikulum 2013 (K13/Kurtilas), karena kurtilas ini cocok dengan aliran progressive. Kurtilas dibuat agar siswa mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Namun, kurtilas saat ini tengah diberhentikan untuk di evaluasi dan kita masih beralih ke KTSP. Sebenarnya pada intinya sama saja mau itu kurtilas ataupun KTSP, tujuannya adalah mampu mengembangkan bakat, minat ataupun potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Ada dampak positif dan dampak negative yang dihasilkan dari berjalan bersamaannya aliran konservatif dan aliran progressive, sebab arahnya yang berlawanan, tetapi memiliki tujuan yang baik dalam pendidikan. Dampak positif, peserta didik tidak merasa terkekang dengan adanya pendidik yang masih menggunakan nilai-nilai terdahulu (keberadaan zaman modern mendorong pendidik mau tidak mau harus mengikuti perkembangan zaman); peserta didik mampu menggunakan sarana atau alat pendidikan yang mana akan memperluas wawasannya, tidak hanya menunggu diberitahu oleh guru, anak mampu mencarinya sendiri, dan masih banyak lagi dampak positif yang diperoleh. Dampak negative, dalam penggunaan teknologi bila tidak digunakan pada hal yang positif oleh anak, itu dapat menjerumuskan anak ke lembah pergaulan atau perbuatan yang negative.
Dengan demikian perlu adanya keseimbangan yang pendidik harus lakukan kepada peserta didiknya. Keseimbangan itu berupa mampu menelaah dan menerima kedua aliran filsafat pendidikan konservatif dan progressive yang mana sebagai pendidik/guru akan menerapkannya pada dunia pendidikan Indonesia. Itu tentu saja agar pendidikan di Negara Indonesia mampu memperoleh kemajuan dalam semua bidang, baik itu bidang akademik maupun bidang non akademik. Kemajuan tersebut adalah untuk Negara Indonesia sendiri kedepannya, agar mencetak generasi penerus bangsa yang memiliki intelektualitas yang tinggi. Agar mampu menyetarakan pendidikan dengan Negara-negara yang pendidikannya sudah bagus dan maksimal.


Nama: Firlimas Asih
Prodi: PGSD
Universitas Muhammadiyah Cirebon